1820. Perang Modern

03-12-2025

Dalam beberapa pertemuan kecil, Pak Mizard (Ryamizard Ryacudu) kadang menjelaskan apa yang dimaksud sebagai ‘perang modern’, dan itu terdiri dari beberapa tahap: infiltrasi, eksploitasi, politik adu domba, cuci otak, dan invasi/pencapaian sasaran/penguasaan.[1] Tentu yang muncul dalam diskusi tidak hanya tahap-tahap ‘perang modern’ tersebut tetapi juga kemungkinan bermacam kemajuan ‘teknologi perang’ di masa depan. Juga perlunya dibangun lapangan terbang kecil di tempat strategis untuk pertahanan, ada beberapa tempat yang disebut. Saya termasuk ‘yang yunior’ dalam pertemuan-pertemuan kecil dulu itu, tetapi seiring waktu saya semakin menyadari bahwa apa-apa yang diungkap Pak Mizard itu memang perlu diperhatikan, terlebih jika dikaitkan dengan bagaimana pertahanan republik mesti dibangun. Jika dilihat dari sisi lain, apa yang disebut Pak Mizard sebagai ‘perang modern’ itu sebenarnya gabungan antara soft power dan hard power.

Dalam sepuluh-sebelas tahun terakhir, dengan peristiwa hari-hari ini terkait tersingkapnya kemungkinan bermacam aktivitas di bandara ‘ilegal’ di Morowali, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa ‘perang modern’ itu sudah sampai pada tahap ‘invasi’. Dengan telanjang kita bisa melihat bagaimana tahap infiltrasi, eksploitasi, politik adu domba, cuci otak, sudah berlangsung silih berganti di masa lalu. Di rejim terdahulu. Jika dikatakan banyak infrastruktur mangkrak, mangkrak buat siapa? Buat strategi-taktik sebuah invasi bisa saja itu bukan mangkrak. Lalu kadang dikatakan bahwa ada sebagian perencanaan sudah sejak rejim 2004-2014 sebelumnya, Bahkan dalam perencanaan bisa kita lihat ada potensi pula ‘penyusupan’ program ‘penyediaan infrastruktur untuk invasi’, yang kadang tidak mudah dibendung. Tetapi eksekusi perencanaan itu? Di sinilah ‘pintu gerbang terakhir’ mesti kokoh. Katakanlah, di-iyain saja rencana susupan itu (karena ada kekuatan ‘besar’ di belakangnya), tetapi tidak dieksekusi karena tahu apa kepentingan yang ada di belakangnya. Taktik ‘gombal’ memang, tetapi itu menggambarkan juga betapa ada kekuatan besar-kuat yang sedang (bahkan sudah) dihadapi saat itu. Dan ketika ganti pemimpin yang suka gegayaan sok-sok-an, jebol juga ‘pintu gerbang terakhir’ itu. Jadilah ‘perang modern’ dilaksanakan tahap demi tahap bahkan sambil pecingas-pecingis, glécénan, jogetan, selama paling tidak sepuluh-sebelas tahun terakhir ini. Bahkan hari-hari ini semakin menampakkan diri sebuah puncak gunung es, tahap ‘invasi’ seperti sudah disinggung di atas. Jadi, what is to be done? *** (03-12-2025)

[1] Lihat halaman depan www.pergerakankebangsaan.com

1821. Efek Kupu-kupu Gajah

04-12-2025

Kepada seluruh civitas akademika Universitas Gajah Mada, semestinya sadar se-sadar-sadarnya bahwa ia seakan sedang mengepakkan sayap-sayapnya dalam konteks hikayat ‘efek kupu-kupu’. Kepakan ‘kecil’ terkait dengan isu ijazah palsu itu sungguh bisa membuat badai nun jauh di sana, atau dalam waktu kapan saja, tak terduga kapan datangnya. Badai yang bisa menerjang republik, dan meluluh-lantakkan segala cita-cita dan harapan. Seluruh civitas akademika Universitas Gajah Mada (selanjutnya disebut UGM) semestinya juga sadar se-sadar-sadarnya bahwa ia tidak hanya mempunyai sejarah panjang dengan segala prestasi, komitmen, kehormatan, dan martabatnya, tetapi juga ada uang pajak hasil keringat warga negara dalam dirinya. Ikan busuk mulai dari kepala, demikian pepatah kuno mengatakan. Tetapi ikan hanya akan benar-benar busuk jika seluruh anggota tubuhnya tidak bergerak, atau diam saja dan membiarkan kebusukan yang berasal dari kepala itu menjalar kemana-mana. Jadi sekarang, terserah pada seluruh civitas akademika UGM, akankah ia membiarkan seluruh tubuhnya menjadi busuk atau tidak. Terserah pada seluruh civitas akademika UGM seperti apa sejarah akan ditulis. UGM akan dikenang. Menjadi hina se-hina-hinanya ataukah tidak. Jangan sampai ‘kampus rakyat’ itu menjadi kampus yang tidak peduli lagi pada nasib rakyat. Nasib rakyat yang porak-poranda -entah kapan, karena diterjang badai dahsyat akibat ‘kepakan kecil’ sayap kupu-kupu gajah. Monggo, cuk … Merdeka ,,,, dab! *** (04-12-2025)