1079. Pemimpin dan Spektrum Kedewasaannya

03-02-2023

Dalam ranah nurture, salah satu tantangan berat manusia adalah berkembang sebagai homo ludens. Terlebih dalam melebarkan spektrum kedewasaannya. Terutama untuk tidak jatuh dalam ‘mempermainkan permainan’. “Bermainlah dengan sungguh-sungguh, tetapi permainan jangan dipersungguh,” demikian saran Driyarkara selain “jangan permainkan permainan” seperti sudah disinggung di atas. Salah satu inti permainan adalah mengenal batas. Dengan bermain anak-anak kita salah satunya belajar soal batas. Orang menjadi dewasa salah satunya ia akan semakin mampu menghayati soal batas. Dan ia semakin ‘maju’ dengan terus menggeser ‘batas’ horisonnya.

Adanya kesadaran temaram, twilight state seperti disinyalir Hermann Broch, hadirnya pemimpin dalam satu hidup bersama menjadi penting. Ia akan menjadi salah satu sumber ‘peniruan’ dari yang dipimpinnya, sebagai salah satu ‘minoritas kreatif’ –kata Toynbee dalam A Study of History. Catatan-catatan soal perlu-hadirnya axis-mundi sedikit banyak mengkonfirmasi hal ini. Adanya kesadaran temaram ini sedikit banyak membuat untuk menjadi dewasa, menjadi in-dividu dewasa semakin besar tantangannya. Misalnya, menjadi in-dividu -yang tak terbagikan lagi, untuk mengambil tanggung jawab yang kokoh. Ada hal-hal tertentu dia sendiri mestinya mengambil tanggung jawab. Tidak dilempar-lempar kemana-mana. ‘Batas’ permainan mestinya sudah berbeda dengan saat ia kecil. Yang masih harus ‘dituntun’ soal apa itu tanggung jawab.

Maka malang-lah hidup bersama jika pemimpinnya dalam ‘spektrum kedewasaan’ ternyata masih tidak jauh dari kekanak-kanak-an. ‘Umur psikologis’-nya tertinggal jauh dari ‘umur biologis’-nya. Pemimpin semacam itu akan kesulitan menghayati batas antara res-privata dan res-publika, misalnya. Dan juga ‘batas-batas’ lain berupa bermacam kesepakatan bersama, entah itu dalam bentuk hukum ataupun ‘batas-batas sosial’ yang tak tertulis. Semau-maunya, seperti anak-anak yang lari ke sana lari ke sini. Dan juga masih suka lempar-lempar tanggung jawab. Dia akan senang dipuji-puji, makanya akan banyak penjilat yang mendekat. Sering apa yang jadi maunya harus dilaksanakan, tanpa melihat apakah itu efisien/berkeadilan[i] atau tidak. Dan jika ia boleh menunjuk penggantinya, maka bisa dipastikan ia akan lebih nyaman dengan yang spektrum kedewasaannya tak jauh-jauh amat darinya. Jika itu terjadi, maka ke-malang-an hidup bersama-pun akan berlanjut terus. Mau? *** (03-02-2023)

[i] Lihat UUD 1945 hasil amandemen pasal ekonomi.