1135. Follow the Money

22-04-2023

Jika dilakukan ‘audit ideologi’, apa sebaiknya pintu masuknya? Pidato-pidatokah? Atau rapat-rapat umum? Atau penuhnya simbol-simbol ideologi di kantor pusatnya? ‘Kejahatan ideologi’ sebenarnya tidak jauh dari kejahatan-kejahatan lainnya, dalam audit-investigasi salah satunya bisa mulai dari prinsip ini, follow the money. Dan kalau dipikir-pikir, bahkan ideologi-ideologi itu juga tak jauh dari soal kemana uang itu sebaiknya dialirkan. Bagaimana soal distribution of wealth. Di balik cara-cara ‘pembagian kekayaan’ itu samar-samar ada keyakinan kepada siapa pertama-tama kekayaan dibagi. Maka ketika ideologi selalu didendangkan kekayaan pertama-tama dibagikan pada yang banyak misalnya, entah itu dinamakan dengan sosialisme, atau marhaenisme, atau yang lain, tetapi ternyata tidak, follow the money akan segera menampakkan siapa sebenarnya pengkhianat-nya ideologi itu. Dan jangan kaget jika pengkhianatan ideologi itu sering hanya soal ‘sepele’, uang. Uang-uang-uang, tidak yang lainnya. Maka jangan kaget pula, soal pro-ini, pro-itu, semakin lama semakin bikin muak saja. *** (22-04-2023)

1136. Korupsi Itu Adalah Juga Kecurangan

23-04-2023

Jika ‘kacamata’ kecurangan dipakai maka segera nampaklah bahwa korupsi merupakan salah satu anggota ‘keluarga besar’-nya. Bahkan sangat mungkin menduduki peringkat ‘terhormat’ dalam keluarga besar kecurangan itu. Artinya, bobot curang-nya bisa-bisa tidak main-main lagi. Jika alur pikir sedikit dibalik maka bisa dikatakan bahwa jika korupsi sudah menampakkan diri yang mewabah maka kecurangan itu-pun bisa dikatakan sangat berpotensi untuk mewabah pula. Bahkan bisa-bisa sudah banal, banality of evil. Kalau ‘curang-kelas-berat’ sudah biasa maka curang-curang di tempat lain-pun akan enteng-enteng saja untuk dilakukan. Termasuk dalam pemilihan. Termasuk dalam upaya untuk mempertahankan kuasa. Sebab menurut Hobbes, mengapa hasrat akan kuasa itu bisa-bisa akan dibawa sampai mati, salah satunya adalah untuk melindungi apa-apa yang sudah diperolehnya. Bisa kita tambahkan, lebih-lebih jika apa-apa yang diperolehnya itu banyak berasal dari kuasa pula. Melalui bermacam rute mbèlgèdès-nya.

Banalisasi dari bermacam bentuk kecurangan tidaklah mungkin ada di ruang kosong, dan biasanya akan ada dalam bayang-bayang kekuatan kekerasan. Dalam rentang bentuknya yang nyaris sempurna, dari kekerasan tingkat ‘rendah’ sampai pada penghilangan nyawa. Brutal. Maka dalam ujung ekstremnya, korupsi-kecurangan-brutalisme adalah juga unholy trinity yang benar-benar ganas. Main sekutu-sekutu-an dalam ranah ‘kekuatan uang, kekuatan pengetahuan, dan kekuatan kekerasan’ di sisi gelapnya. Maka rejim korup adalah juga rejim curang, dan tinggal selangkah lagi akan menampakkan wajah aslinya: rejim fasis! *** (23-04-2023)

1137. Ketika Kematian Tidak Menakutkan Lagi

24-04-2023

Pada akhirnya brutalisme itu akan masuk ruang yang paling privat, kematian. Maka tak mengherankan jika brutalisme itu akan menapak jalan mengusik hidup privat dalam bermacam aspeknya. Dan kemudian merangkak ke-‘puncak’ hidup privat, kematian, sadar atau tidak. Masuk dalam hidup privat secara langsung atau melipir melalui orang-orang sekitar lebih dahulu. Tak jauh saat Paraguay ada di tangan seorang diktator di masa lalu itu, bahkan dokter yang menolong oposisi-pun akan dicari dan ditekan habis-habisan. Kebrutalan yang sebenarnya sulit untuk dibayangkan. Tetapi faktanya itu terjadi. Sepertihalnya pengikut fanatik Modi di India sana, melalui media sosial seakan di depan hidung kebrutalan itu hadir, yaitu ketika pihak oposisi –dua orang, ditembak mati di depan umum. Secara brutal.

Kematian memang bisa dihayati sebagai hal yang menakutkan. Tetapi jika kematian dihayati sebagai kemungkinan maka bisa menjadi tidak menakutkan lagi. Sebagai kemungkinan dari ketidak-mungkinan. Di rimba kemungkinan-kemungkinan, jelas akan ada rasa cemas, dan dengan ada kecemasan itu sebenarnya kebebasan menjadi pengalaman pertamanya. Tiba-tiba saja kita berjarak dengan segala hal sekitar, dan dengan itu potensi untuk menegaskan diri-pun akan semakin terkuak. Atau dalam kata-kata Van Peursen, ketika kesadaran mitis itu mengalami keretakannya. Dengan itu pula kesempatan untuk meraba hal-hal mendasar-pun semakin membesar kemungkinannya pula. Dengan penghayatan terhadap hal mendasar maka bisa dibangun sikap dan tindakan yang diharapkan tepat. Dan tidak ikut-ikutan saja.

Maka brutalisme ini memang harus dihadapi tidak dengan rasa takut, bahkan ketika ia masuk jauh ke ruang privat terdalam, kematian. Cemas, ya. Takut? Sama sekali tidak! *** (24-04-2023)

1138. Asal kata Fasis

24-04-2023

Apa yang kita bayangkan ketika mendengar kata fasis? Hitler-kah? Atau Musollini? Dari asal kata-nya, fasis memang erat dengan pengertian ‘diikat menjadi satu’, menjadi satu bendel. Dalam praktek, Harold J. Laski hampir seabad lalu menggambarkan fasisme ‘dibenturkan’ dengan demokrasi. Dalam demokrasi, para pekerja, buruh misalnya, ingin memperjuangkan penghasilannya, katakanlah menjadi sebesar-besarnya. Atau menjadi cukup untuk bertahan dan mengembangkan hidup. Tetapi bagi yang punya usaha, ingin tetap memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Maka muncullah sebuah dilema. Semestinya dalam demokrasi tetaplah bisa diperoleh komprominya. Tetapi ada ‘jalan gampang’ untuk mengelola atau menyelesaikan dilema itu. Menurut Laski, fasisme –dalam praktek, ternyata bisa dipilih untuk menyelesaikan dilema itu. Jadi, katakanlah, bermacam kekuatan yang ada di khalayak itu sedapat mungkin di-‘bendel’ menjadi satu, supaya pengambilan keuntungan menjadi ‘tidak terbatas’ lagi. Bagaimana jika ‘pengambilan keuntungan (profit) tak terbatas’ itu melalui rute accumulation by dispossession seperti disinyalir oleh David Harvey? Atau juga dalam hal ini termasuk korupsi yang sudah tak tahu batas itu? Akankah fasisme akan menjadi ‘jalan gampang’ solusi dari dilema? Yang mulai dari di-‘bendel’-nya bermacam kekuatan yang ada di khalayak? *** (24-04-2023)

1139. Piramida Korban Manusia

25-04-2023

1. Kawasan Golo Mori yg dr 5 tahun lalu digadang2 mjd venue G-20 dan KTT Asean batal mjd lokasi 2 event itu. Sdh habiskan anggaran besar (termasuk kunjungan berkali2), proyek itu tdk rampung. Ganti rugi tanah & rumah warga serta upah buruh utk proyek jalan blm dibayar.

2. Proyek “Parapuar”, yi kompleks wisata ekslusif spt Nusa Dua Bali dibangun dgn alihfungsi 400 ha hutan di puncak kota Lab Bajo lewat Perpres 32/2018. Disoroti publik krn merusak hutan, sampai 5 thn ini tidak ada investor yg berani berinvestasi di kawasan “mantan hutan” itu.

3. Masih terkait dgn hutan, awal April ini Labuan Bajo mengalami banjir besar, meluas hingga ke wilayah yg tdk pernah banjir sebelumnya. Alihfungsi hutan di puncak kota berlawanan dgn prinsip “pariwisata berkelanjutan” yg sdg mjd concern dunia.

4. Perizinan bisnis sarana wisata spt hotel/resort dan bisnis jasa wisata dll di atas lokasi lbh dr 1000 ha di dlm TN Komodo terus diprotes warga dan berujung teguran UNESCO. Kendati Jokowi tetap ngotot, sampai saat ini proyek2 itu blm jalan krn bermasalah serius.

5. Kendati terus menerus dikunjungi Presiden dan Menteri2, tata kelola pariwisata di TN Komodo makin amburadul. Otoritas TN Komodo tdk diperkuat, presiden malah bikin BPO yg tdk jelas koordinasinya dg Pemda & BTNK dan KLHK. Perusahaan2 spt PT Flobamor tetapkan harga sepihak.

Sumber: https://twitter.com/KawanBaikKomodo